Rabu, 21 Desember 2011

tanpaku.


"That if you say goodbye today, 
i'd ask you to be true.
Cause The hardest part of this is leaving you..."
(MY CHEMICAL ROMANCE)


Kini aku melihatmu berjalan dan tertawa.
Kau akan baik-baik saja di sana.
Ya. Bahkan mungkin bisa lebih baik tanpaku.

Entah mengapa melihat punggungmu saja sudah cukup menenangkanku.
Senyum getir akan mengembang sesaat ketika kusadar bahwa yang berjalan menjuauh itu kamu.
Memang bukan sebuah senyuman yang tulus.
Karena membiarkanmu berjalan di depanku sendirian itu menyakitkan.

Aku tau kau tak bisa sendirian dalam waktu lama.
Tetaplah berjalan, teruslah maju.
Kau akan menemukan seseorang yang bisa kau genggam tangannya.
Dia yang lebih dibanding aku akan menghampirimu sesegera mungkin.
Segera setelah kau beranjak dari tempatku.

Aku tidak akan menyalahkan kamu atas itu.
Aku mungkin akan menyesali kepergianmu dan kedatangannya yang menggantikan posisiku.
Tapi aku tidak akan berlari untuk menahanmu.
Karena kau pantas bahagia,
Dengan atau tanpaku...

Kamis, 15 Desember 2011

Tuhan, Aku Terlalu Banyak Dosa

Pejam celik. Pejam celik. Mata tidak juga bisa ditutup. Memerhatikan segenap ruang bilik. Terpana pada jam di dinding. Sepantas jarum saat akhirnya pasti berhenti. Tatkala,manusia pasti akan toleh ke belakang. Memikirkan tiap detik yang berlalu. Muhasabah.

Dalam suka duka, mengenang dosa-dosa semalam. Hadir rasa kesal dan kesedihan mula melanda diri. Bila rasa bersalah hadir, rasa kehambaan juga turut hadir. Mencari Tuhan, mengingati Tuhan, menyebut-nyebut nama-Nya. Menghadirkan rasa bertuhan agar menyentap sanubari.
"Ya Allah,hamba-Mu ini rasa berdosa. Terlalu. Terlalu banyak dosa."
Maka berderailah air mata. Tidak tertahan-tahan lagi. Pada tangisan ia kembali kepada fitrah insani, mencari Tuhan tatkala rasa bersalah. Terlukis kerinduan hadir dari hati yang dihimpit perasaan ingin dibelai Tuhan.
Oh Tuhan.

Aku manusia biasa. 
Aku bukan malaikat. 
Manusia itu sering lupa dan leka. 
Gembira dengan kesenangan, sedih dengan kesusahan. 
Kiranya aku fikirkan aku sudah cukup bahagia. 
Tapi adakah aku tenang? 
Hari-hariku bukan lagi mentaddabur bacaan Al-Quran. 
Solatku kini bukan lagi khusyuk. 
Hatiku tidak lagi dijamu dengan roh usrah, tazkirah dan ceramah setiap hari. 
Aku lalai di sini.
Di sini. 
Di celah kesibukan.

Tapi aku bukan manusia jahat. 
Tidak pernah sesekali ku teguk minuman syaitan. 
Tidak pernah ku menjejakkan kakiku ke tempat maksiat. 
Aku tidak menyentuh yang bukan halal untukku. 
Aku hanya manusia biasa. 
Aku menunaikan sembahyang. 
Aku berpuasa di bulan Ramadan. 
Aku manusia biasa!

Tapi, kurasakan kini ibadahku seakan-akan tiada roh.
Tiada rasa haya' kepada-Mu! Tiada rasa takut kepada-Mu!
Di manakah semangat itu menghilang?
Di manakah air mata yang sering mengiringi bacaan doa?

Hatiku tidak dapat merasai kenikmatan doa. 
Aku jadi takut. 
Pelbagai perkara bermain di fikiranku. "Ya Allah gelapnya hati hambaMu ini!". 
Hati meronta-ronta, lepaskanlah aku! 
Lepaskan aku daripada perasaan ini. 
Diri seakan-akan terasa sangat jauh daripada-Mu.

Hati manusia ibarat besi. 
Setiap dosa yang dilakukan akan melekatlah karat padanya. 
Tapi karat itu boleh di cuci dengan solat dan doa. 
Namun lama kelamaan jika karat itu tidak dibersihkan, akan semakin besarlah ia, dan semakin sukarlah untuk dibersihkan . 
Maka semakin hitam dan gelaplah hati kita. Ketika ini setiap dosa yang dilakukan tiada lagi dirasakan dosa bagi dirinya.


Astaghfirullah. Astaghfirullah. Astaghfirullah.
"Ketahuilah dengan mengingati Allah, hati akan menjadi tenang". (Surah Al-Ra'd 13:28)
Ku ulang-ulang. 
Ku panggil-panggil nama-Mu. 
Ku sebut-sebut nama-Mu. 
Kembalikanlah aku semula. 
Usah Kau palingkan aku setelah Kau beri hidayah petunjuk-Mu. 
Aku ini lemah Ya Allah. 
Kau peganglah hatiku, tautkanlah hatiku di jalan ini. 
Aku ingin tenang dalam mencari keredhaan-Mu di setiap perjalanan hidup ini.

Allah.
Aku tersedar. 
Aku tersentap. 
Kenapa aku mau jadi orang biasa-biasa? 
Kenapa tidak ingin menjadi yang lebih baik? 
Tidak berbuat dosa tidak bermakna aku sempurna. 
Tidak minum arak tidak bermakna aku terlepas dari melakukan dosa-dosa kecil. 
Sembahyang 5 waktu tidak bermakna aku sempurna.

Bagaimana dengan dosa-dosa kecil?
Aku lalai. Aku lalai! Aku lalai Ya Allah! 
Terima kasih ya Allah kerana menyedarkan aku. 
Terima kasih atas hidayah-Mu. 
Ku panjatkan segala doa kepada-Mu.
"Zikir itu, penghias hati, tasbih menghias lidah. Beruntungnya hati bila masa menguasai, bermegahlah lidah, dengan ucapan sering memuji Allah SWT"

Wahai Tuhan yang Maha Mendengar, kepada siapa hamba mahu mengadu, sekiranya bukan kepada-Mu? Kepada siapa lagi hendak hamba menagih simpati, jika tidak kepada-Mu? Kepada siapa untuk hamba pinta kekuatan, ketika seluruh daya seperti dicabut daripada tubuhku?

Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui. Tegarkanlah, pasakkan jiwa ini untuk berada pada jalan-Mu untuk selamanya. Jangan sekali-kali Kau biar diri ini tandus dimamah kefuturan. Menjauh dari-Mu, meminggir dari-Mu dan melupakan-Mu. Kuatkan hati ini wahai Tuhan. Kerana tiada siapa tahu kehidupan hamba-Mu ini nanti akhirnya melainkan hanya Engkau. Amin ya Rabb.


----------

You want to kill yourself? Think about it first.

So you want to kill yourself ? Because no one cares about you. 

Your family hates you. Right? No. Your parents walking in your room in the morning to only find a dead body. They’ll try their hardest to not think negative, and to just think that you’re fooling around. Then they’ll start shaking you.
Why aren’t you breathing? They’ll be broken. Tears. Many tears. More tears than you ever shed. 
Was it them? Were they the reason you did this? More tears. Pain. Every day. Every night. Every single second of every day. Guilt. More guilt. 

What about your bestfriends? They’re not going to care. Right? No. What’s the first thing that will go through their mind when your principal comes in and tells the class that you’re not alive. While your bestfriend sits there in tears. 

That girl that you’d smile at but never talk to? She’s now crying. 
The boy who used to kick you under the table just to annoy you? He’ll be shocked. He’ll be devastated. He’ll blame himself. 

What about your teacher? Thoughts crossing her mind. She’ll question if you did it because she didn’t make school comfortable enough for you. Pain. Devastation. All in one. 

Who organises your funeral? Who has to go through your stuff? Clothes? Notes? Those few older girls who used to give you daggers at school? They’ll feel regret. They’ll blame themselves. 

See, if you killed yourself today, you’ll never know what might of happened tomorrow. 
You’ll never know because you’re dead. Plain dead. Not breathing. Not alive. Just dead. Your family hates themselves for it. Your bestfriend then falls into depression. Tears. Tears. More tears than a river.

All because you killed yourself because you thought noone would care. Right? 
You are loved. By many. 

Someone right now is thinking of you. And right now, I’m thinking about anyone who has thought or is considering suicide. You are beautiful. No matter if you’re black, white, homo-sexual, tall, short, overweight or anorexic. You are beautiful. 

You want to kill yourself? Think about it first. 
There’s no coming back. And I promise, if you do it, you are not only hurting yourself, you are hurting many. 

You are creating more tears than you led yourself to. You are making everyone miserable and making them all feel guilt and pain. Never will they feel whole like they used to when they had you. You are beautiful. And you are never ever alone.




copas : http://tumblr.ihatequotes.net/post/14215948097/suicide

tak terlihat (sendiri)

haruskah aku meyakini kerusakan pada telingaku
karena kini aku tak lagi mampu mendengar kebisingan.

ataukah aku telat menyadari bahwa kesehatanku telah lenyap ?

memang tempat ini sunyi,
atau hanya aku yang kehilangan kepekaan terhadap suara tawa,
atau cuma aku yang merasa hampa saat semua memainkan nada suka cita ?

tapi tempat ini selalu penuh manusia,
mustahil jika mereka semua bisu.


pergi kemana mereka yang selalu berisik?
hilang kemana janji yang pernah terucap bersama?

Mungkin memang aku yang kini sudah menjadi tak terlihat,
yang hanya bisa berjalan sendiri,
menggenggam erat perasaan terasing..


Kamis, 08 Desember 2011

Dosa Menghapus Amal

Jangan pernah menganggap remeh dosa-dosa yang kita lakukan. 
Kadang ada dari kita yang menganggap karena kebaikan-kebaikan kita sudah banyak, seperti saum sunnah, shalat sunnah, sedekah, membaca A;l Quran, zikir dan sebagainya, maka membuat kita meremehkan dosa-dosa yang kadang kerap kali kita lakukan, seperti berdusta, membuka aurat, bermaksiat dan sebagainya.

Ketahuilah, bahwa semua amal kebaikan dan ibadah yang kita lakukan akan terhapus dan terbakar oleh dosa-dosa yang kita lakukan tersebut. Dan ketahuilah, jika seseorang menganggap remeh suatu dosa, maka berarti dia telah terpedaya oleh syaitan, walaupun orang itu telah banyak beramal.

Allah Swt memberikan contoh tentang orang yang telah mengumpulkan banyak kebaikan dan atau amal ibadah akan tetapi nanti di akhirat, amalan kebaikan yang diandalkannya tidak dapat banyak bermanfaat, dalam firmanNya sebagai berikut : “Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.” (QS. Al Baqarah {2} 266).



Ibnu Abbas ra ketika menjelaskan ayat di atas, beliau mengilustrasikan dengan orang kaya yang beramal karena taat kepada Allah, kemudian Allah mengutus setan padanya, lalu orang itu melakukan banyak kemaksiatan sehingga amal-amalnya terhapus (Tafsir Ibnu Katsir).

Janganlah sekali-kali kita meremehkan dosa karena kita menganggap sudah mempunyai amal kebaikan yang banyak. Ketahuilah bahwa belum tentu amal kebaikan yang kita kerjakan dihitung sebagai amal shaleh di sisi Allah, apakah karena kita tidak ikhlas atau tidak sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah Saw. Selain itu, amal kebaikan juga akan dapat terhapus dengan kemaksiatan-kemaksiatan.

Tsauban ra meriwayatkan sebuah hadits yang dapat membuat orang-orang shalih susah tidur dan selalu mengkhawatirkan amal-amal mereka. Tsauban ra berkata, Nabi Saw bersabda, ”Aku benar-benar melihat diantara umatku pada hari Kiamat nanti, ada yang datang dengan membawa kebaikan sebesar gunung di Tihamah yang putih, lalu Allah menjadikannya seperti kapas berterbangan, Tsauban bertanya, Ya Rasulullah, jelaskan kepada kami siapa mereka itu agar kami tidak seperti mereka sementara kami tidak mengetahui!, Beliau bersabda, Mereka adalah saudara-saudara kalian dan sebangsa dengan kalian, mereka juga bangun malam seperti kalian, akan tetapi apabila mendapat kesempatan untuk berbuat dosa, mereka melakukannya” (HR. Ibnu Majah, disahihkan oleh Syaikh Al-Bany dalam silsilatul Ahaadits Shahihah No,505)

Sekarang coba tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri, apakah selama ini kita rajin beribadah tapi masih tetap maksiat dan kerap kali masih melakukan perbuatan dosa? Jika iya, sadarlah segera, bertaobatlah selagi masih ada waktu. Kita tidak pernah tahu kapan kematian akan mendatangi kita. Aapakah kita tidak merasa takut, bila ternyata pada saat kematian mendatangi kita, kita masih berlumur dosa dan belum bertobat, apakah kita tidak merasa takut, bahwa segala amal kebaikan dan amal ibadah yang kita lakukan terhapus oleh semua dosa dan maksiat yan gmasih terus kita lakukan? Mari kita segera bertobat, sebelum terlambat.


Sumber : Dewi Yana

Takdir Allah

Setiap bencana yang menimpa di bumi 
dan yang menimpa dirimu sendiri, 
semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) 
sebelum Kami mewujudkannya. 
Sungguh, yang demikian itu mudah bagi ALLAH.
Supaya kamu tidak bersedih hati 
terhadap apa yang luput dari kamu, 
dan tidak pula terlalu gembira
 terhadap apa diberikan-Nya kepadamu. 
Dan ALLAH tidak menyukai 
setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.

(QS. Al Hadid 22-23)


Selasa, 06 Desember 2011

(belum) terbiasa

meskipun sudah sering mengalaminya,
tapi,
aku masih belum terbiasa untuk melepaskan.