“Mungkin selama ini
kita masih mengira hidup adalah untuk diri sendiri.
Padahal kita gak
pernah bisa hidup sendiri..”
BantarGebang. 5 Mei 2013.
Semua warga Jakarta tau kalau BantarGebang adalah Tempat Pembuangan
Akhir, tapi mungkin hanya sedikit yang tau kalau disana pun terdapat kehidupan
manusia.
Dari dulu emang pengen ke BantarGebang, hanya terbatas oleh sempitnya
ilmu perangkotan, akhirnya menjadikan keinginan itu hanya sekedar keinginan. Takut nyasar cyiinn ! >.<
Pada akhirnya, Allah memang paling tau jalan terbaik untuk hamba-Nya.
Setelah beberapa tahun terlewati tanpa membahas BantarGebang, suatu
waktu ada Broadcast Message masuk. Dengan menyematkan kata kunci “Bantar
Gebang” : Acara sosial #SSNB SebarSeribuNasiBungkus @SedekahHarian di Sekolah Alam Tunas Mulia Bantar Gebang .
Tanpa pikir panjang, gw langsung daftar jadi relawan. Dengan target, misi beberapa tahun yang lalu harus dituntaskan.
Tanpa pikir panjang, gw langsung daftar jadi relawan. Dengan target, misi beberapa tahun yang lalu harus dituntaskan.
Dikarenakan ini adalah komunitas yang baru banget dikenal, otomatis gw pun merasa wajib mencari teman untuk diajak serta. Huihihi *ini trik penyelamatan diri ala Bahja :p
Dan lagi-lagi, ini semua emang rekayasanya Allah, karena ketika buka
twitter mention yang masuk adalah mention dari Wuri dan Yuska. Yauda deh
langsung aja ngajak mereka, dan ternyata respon keduanya positif. Selang
beberapa hari, langsung ngajak Tipeh dan ternyata positif jugaaa. :D
Oke. Sudah cukup pembukaannya, sekarang kita masuk ke materi. *jeng
jeng jeng –backsound ala KisMis*
Sekitar jam 08.00 pagi, bis relawan dan pengurus @SedekahHarian
bertolak dari Balai Kartini menuju Bantar Gebang. Dalam misi #SSNB kali ini, gw
bertugas sebagai sie dokumentasi alias live tweet. Berbekal handphone yang
–saat itu- bocor baterenya, gw pun menyiasati dengan meminjam handphone Wuri
yang –saat itu juga lagi rusak Memory Card –nya- *ampun deh ada aja
persoalannya :p
Tapi bukan muslim namanya kalau putus asa. Kalau ada seribu jalan ke Roma, pasti ada beribu cara pula untuk menuntaskan permasalahan ini. Hahaha XD
Dan diperjalanan menuju TKP (Sekolah Alam Tunas Mulia), kami
disuguhkan oleh pemandangan gunung. Dari jauh memang terlihat seperti gunung
sungguhan, namun ketika didekati, ternyata tumbukan sampah. Fatamorgana kah?
gunung sampah
*semoga di dalemnya gak ada monster sampah.
Harusnya kita mikir. Kita yang menyebabkan sampah itu ada, tapi justru
orang lain yang harus menanggung timbunan sampah dari pola konsumtif kita.
Harus ada langkah konkrit dan sigap untuk hal-hal seperti ini. Kalau pemerintah
lamban, maka mau gak mau ya kita yang harus gerak. MASALAHNYA PERNAH GAK ADA
YANG PEDULI?! Itu aja sih. #kemudianjadiorasi
Semakin masuk ke wilayah Bantar Gebang semakin gw gak habis pikir.
Bisa-bisanya ada pemukiman, ditempat seperti ini. Atau lebih parahnya,
bisa-bisanya timbunan sampah ini dibiarin menumpuk dan dianggurin disini.
Keterlaluan banget tata kotanya. =__=
ada beberapa pemukiman warga di tengah tumpukan sampah. innalillahi.
Oke sip. Kita fokus lagi ke #SSNB!
Setelah melewati pegunungan sampah tersebut, sampailah kami di TKP. uyeeeeeeeeeee~
Syukur Alhamdulillah, tempat kami #SSNB masih agak jauhan dari
pegunungan sampah tadi, gak kebayang kalau #SSNB ternyata lokasinya disana, ini
relawan sama pengurus pada pingsan semua kali ya. Hmmm
Tapi emang gak bisa dipungkiri sih kalau gw emang pengen sekali waktu
ke pemukiman terdekat dari pegunungan sampah itu, yap. I pray for the next
time. aamiin
Meski hidup ditengah gunung sampah, dengan segala keterbatasan, mereka gak masih bisa tersenyum menyambut kami. Keceriaan mereka saat acara menjalar keseluruh tubuh memberikan kekuatan tersendiri ke gw. *lebay*
Satu hal yang gw belajar dari mereka: kondisi seperti apapun harusnya kita terus bersyukur.
tuh mereka tetap ceria :3
Karena gak betah dengan keadaan begitu dan sadar juga akan tugas, gw
pun bangkit dan mulai mengerjakan sesuatu, alias ngetuit :p
Dan gw beruntung, karena dengan pekerjaan ini gw jadi punya banyak kesempatan
untuk mengenal lebih dekat mereka. Di tempat gw berdiri, ada Ibu-ibu, guru dan
anak-anak kecil yang sangat antusias. Mungkin kami adalah komunitas yang
kesekian yang mengunjungi Sekolah Alam tersebut. Tapi mereka masih antusias. Awalnya,
karena diwanti-wanti mereka akan berlaku kasar, gw pun hati-hati. Tapi ternyata
mereka baik. Buktinya pas gw lagi sibuk-sibuknya twitpic, ada Ibu-ibu ngajak
ngobrol, yowes akhirnya gw pun terbawa suasana, ngobrol dan mengabaikan
kerjaan. huahaha :p
ini pas pembagian paket sekolah, seneng ngeliat mereka seneng :')
Oia! diluar prakiraan gw, ternyata @SedekahHarian duet maut bareng
@ACTForHumanity. Begitu Tim ACT dateng gw langsung deg-degan gak karuan. At
that time, my dream to be a real
full-time volunteer was knocked me sooo…….. #mohonabaikan
Overall, acara ini kece banget. Dan gw sangat berterima kasih kepada
Allah karena udah mengingatkan gw kembali, dan terima kasih @SedekahHarian,
karena udah ngizinin gw menjadi salah satu relawannya dan mengantarkan gw
Bantar Gebang. Semoga lain kali bisa kesana lagi, dengan langkah menuntaskan
misi, amin.
Sukses @SedekahHarian !
Mungkin selama ini
kita masih mengira hidup adalah untuk diri sendiri.
Pengekangan atas harta, waktu dan tenaga yang sebenarnya bukan milik kita.
Kita ciptakan ribuan alasan.
mengaku bahwa harta yang didapat
selama ini adalah buah dari kegigihan diri sendiri.
mengaku bahwa waktu yang tersedia bahkan tak
pernah cukup untuk memenuhi urusan sendiri.
atau bahkan mengaku terlalu lelah.
Kita berdalih seakan-akan kita lupa bahwa disetiap harta,
waktu dan tenaga kita terdapat hak mereka yang membutuhkan..
Individualisme itu paham kematian.
Membawa penganutnya menuju kehampaan dan kesendirian.
Padahal manusia gak bisa hidup sendiri.
Sendiri kita mati.
Bersatu kita utuh.
Dan dengan
berbagi, hidup kita menjadi berarti..
^^
[ @bahjaa ]