Tampilkan postingan dengan label islami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label islami. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 Desember 2011

Tuhan, Aku Terlalu Banyak Dosa

Pejam celik. Pejam celik. Mata tidak juga bisa ditutup. Memerhatikan segenap ruang bilik. Terpana pada jam di dinding. Sepantas jarum saat akhirnya pasti berhenti. Tatkala,manusia pasti akan toleh ke belakang. Memikirkan tiap detik yang berlalu. Muhasabah.

Dalam suka duka, mengenang dosa-dosa semalam. Hadir rasa kesal dan kesedihan mula melanda diri. Bila rasa bersalah hadir, rasa kehambaan juga turut hadir. Mencari Tuhan, mengingati Tuhan, menyebut-nyebut nama-Nya. Menghadirkan rasa bertuhan agar menyentap sanubari.
"Ya Allah,hamba-Mu ini rasa berdosa. Terlalu. Terlalu banyak dosa."
Maka berderailah air mata. Tidak tertahan-tahan lagi. Pada tangisan ia kembali kepada fitrah insani, mencari Tuhan tatkala rasa bersalah. Terlukis kerinduan hadir dari hati yang dihimpit perasaan ingin dibelai Tuhan.
Oh Tuhan.

Aku manusia biasa. 
Aku bukan malaikat. 
Manusia itu sering lupa dan leka. 
Gembira dengan kesenangan, sedih dengan kesusahan. 
Kiranya aku fikirkan aku sudah cukup bahagia. 
Tapi adakah aku tenang? 
Hari-hariku bukan lagi mentaddabur bacaan Al-Quran. 
Solatku kini bukan lagi khusyuk. 
Hatiku tidak lagi dijamu dengan roh usrah, tazkirah dan ceramah setiap hari. 
Aku lalai di sini.
Di sini. 
Di celah kesibukan.

Tapi aku bukan manusia jahat. 
Tidak pernah sesekali ku teguk minuman syaitan. 
Tidak pernah ku menjejakkan kakiku ke tempat maksiat. 
Aku tidak menyentuh yang bukan halal untukku. 
Aku hanya manusia biasa. 
Aku menunaikan sembahyang. 
Aku berpuasa di bulan Ramadan. 
Aku manusia biasa!

Tapi, kurasakan kini ibadahku seakan-akan tiada roh.
Tiada rasa haya' kepada-Mu! Tiada rasa takut kepada-Mu!
Di manakah semangat itu menghilang?
Di manakah air mata yang sering mengiringi bacaan doa?

Hatiku tidak dapat merasai kenikmatan doa. 
Aku jadi takut. 
Pelbagai perkara bermain di fikiranku. "Ya Allah gelapnya hati hambaMu ini!". 
Hati meronta-ronta, lepaskanlah aku! 
Lepaskan aku daripada perasaan ini. 
Diri seakan-akan terasa sangat jauh daripada-Mu.

Hati manusia ibarat besi. 
Setiap dosa yang dilakukan akan melekatlah karat padanya. 
Tapi karat itu boleh di cuci dengan solat dan doa. 
Namun lama kelamaan jika karat itu tidak dibersihkan, akan semakin besarlah ia, dan semakin sukarlah untuk dibersihkan . 
Maka semakin hitam dan gelaplah hati kita. Ketika ini setiap dosa yang dilakukan tiada lagi dirasakan dosa bagi dirinya.


Astaghfirullah. Astaghfirullah. Astaghfirullah.
"Ketahuilah dengan mengingati Allah, hati akan menjadi tenang". (Surah Al-Ra'd 13:28)
Ku ulang-ulang. 
Ku panggil-panggil nama-Mu. 
Ku sebut-sebut nama-Mu. 
Kembalikanlah aku semula. 
Usah Kau palingkan aku setelah Kau beri hidayah petunjuk-Mu. 
Aku ini lemah Ya Allah. 
Kau peganglah hatiku, tautkanlah hatiku di jalan ini. 
Aku ingin tenang dalam mencari keredhaan-Mu di setiap perjalanan hidup ini.

Allah.
Aku tersedar. 
Aku tersentap. 
Kenapa aku mau jadi orang biasa-biasa? 
Kenapa tidak ingin menjadi yang lebih baik? 
Tidak berbuat dosa tidak bermakna aku sempurna. 
Tidak minum arak tidak bermakna aku terlepas dari melakukan dosa-dosa kecil. 
Sembahyang 5 waktu tidak bermakna aku sempurna.

Bagaimana dengan dosa-dosa kecil?
Aku lalai. Aku lalai! Aku lalai Ya Allah! 
Terima kasih ya Allah kerana menyedarkan aku. 
Terima kasih atas hidayah-Mu. 
Ku panjatkan segala doa kepada-Mu.
"Zikir itu, penghias hati, tasbih menghias lidah. Beruntungnya hati bila masa menguasai, bermegahlah lidah, dengan ucapan sering memuji Allah SWT"

Wahai Tuhan yang Maha Mendengar, kepada siapa hamba mahu mengadu, sekiranya bukan kepada-Mu? Kepada siapa lagi hendak hamba menagih simpati, jika tidak kepada-Mu? Kepada siapa untuk hamba pinta kekuatan, ketika seluruh daya seperti dicabut daripada tubuhku?

Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui. Tegarkanlah, pasakkan jiwa ini untuk berada pada jalan-Mu untuk selamanya. Jangan sekali-kali Kau biar diri ini tandus dimamah kefuturan. Menjauh dari-Mu, meminggir dari-Mu dan melupakan-Mu. Kuatkan hati ini wahai Tuhan. Kerana tiada siapa tahu kehidupan hamba-Mu ini nanti akhirnya melainkan hanya Engkau. Amin ya Rabb.


----------

Kamis, 08 Desember 2011

Dosa Menghapus Amal

Jangan pernah menganggap remeh dosa-dosa yang kita lakukan. 
Kadang ada dari kita yang menganggap karena kebaikan-kebaikan kita sudah banyak, seperti saum sunnah, shalat sunnah, sedekah, membaca A;l Quran, zikir dan sebagainya, maka membuat kita meremehkan dosa-dosa yang kadang kerap kali kita lakukan, seperti berdusta, membuka aurat, bermaksiat dan sebagainya.

Ketahuilah, bahwa semua amal kebaikan dan ibadah yang kita lakukan akan terhapus dan terbakar oleh dosa-dosa yang kita lakukan tersebut. Dan ketahuilah, jika seseorang menganggap remeh suatu dosa, maka berarti dia telah terpedaya oleh syaitan, walaupun orang itu telah banyak beramal.

Allah Swt memberikan contoh tentang orang yang telah mengumpulkan banyak kebaikan dan atau amal ibadah akan tetapi nanti di akhirat, amalan kebaikan yang diandalkannya tidak dapat banyak bermanfaat, dalam firmanNya sebagai berikut : “Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.” (QS. Al Baqarah {2} 266).



Ibnu Abbas ra ketika menjelaskan ayat di atas, beliau mengilustrasikan dengan orang kaya yang beramal karena taat kepada Allah, kemudian Allah mengutus setan padanya, lalu orang itu melakukan banyak kemaksiatan sehingga amal-amalnya terhapus (Tafsir Ibnu Katsir).

Janganlah sekali-kali kita meremehkan dosa karena kita menganggap sudah mempunyai amal kebaikan yang banyak. Ketahuilah bahwa belum tentu amal kebaikan yang kita kerjakan dihitung sebagai amal shaleh di sisi Allah, apakah karena kita tidak ikhlas atau tidak sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah Saw. Selain itu, amal kebaikan juga akan dapat terhapus dengan kemaksiatan-kemaksiatan.

Tsauban ra meriwayatkan sebuah hadits yang dapat membuat orang-orang shalih susah tidur dan selalu mengkhawatirkan amal-amal mereka. Tsauban ra berkata, Nabi Saw bersabda, ”Aku benar-benar melihat diantara umatku pada hari Kiamat nanti, ada yang datang dengan membawa kebaikan sebesar gunung di Tihamah yang putih, lalu Allah menjadikannya seperti kapas berterbangan, Tsauban bertanya, Ya Rasulullah, jelaskan kepada kami siapa mereka itu agar kami tidak seperti mereka sementara kami tidak mengetahui!, Beliau bersabda, Mereka adalah saudara-saudara kalian dan sebangsa dengan kalian, mereka juga bangun malam seperti kalian, akan tetapi apabila mendapat kesempatan untuk berbuat dosa, mereka melakukannya” (HR. Ibnu Majah, disahihkan oleh Syaikh Al-Bany dalam silsilatul Ahaadits Shahihah No,505)

Sekarang coba tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri, apakah selama ini kita rajin beribadah tapi masih tetap maksiat dan kerap kali masih melakukan perbuatan dosa? Jika iya, sadarlah segera, bertaobatlah selagi masih ada waktu. Kita tidak pernah tahu kapan kematian akan mendatangi kita. Aapakah kita tidak merasa takut, bila ternyata pada saat kematian mendatangi kita, kita masih berlumur dosa dan belum bertobat, apakah kita tidak merasa takut, bahwa segala amal kebaikan dan amal ibadah yang kita lakukan terhapus oleh semua dosa dan maksiat yan gmasih terus kita lakukan? Mari kita segera bertobat, sebelum terlambat.


Sumber : Dewi Yana

Takdir Allah

Setiap bencana yang menimpa di bumi 
dan yang menimpa dirimu sendiri, 
semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) 
sebelum Kami mewujudkannya. 
Sungguh, yang demikian itu mudah bagi ALLAH.
Supaya kamu tidak bersedih hati 
terhadap apa yang luput dari kamu, 
dan tidak pula terlalu gembira
 terhadap apa diberikan-Nya kepadamu. 
Dan ALLAH tidak menyukai 
setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.

(QS. Al Hadid 22-23)


Sabtu, 12 November 2011

Kisah Cinta Sejati Ali bin Abi Thalib RA dan Fathimah Az-Zahra RA

Sungguh beruntung bila diantara kita ada yang bisa mengikuti jejak cinta dari seorang Ali bin Abi Thalib RA dan istrinya Fathimah Az-Zahra RA. Karena keduanya adalah sosok yang memiliki cinta sejati yang mumpuni. Saling mengisi dan percaya dalam mengarungi bahtera kehidupan. Saling menenguhkan keimanan masing-masing kepada Allah SWT. Dan untuk lebih jelasnya, mari kita ikuti kisah singkat tentang cinta sejati mereka:


Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah, karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya. Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.

Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta.
Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakar Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.


”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakar. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakar lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan Rasul-Nya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakar menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakar berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakar; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.

Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakar; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakar sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku”

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilahkan. Ia adalah keberanian atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakar ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Namun, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakar mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.

Umar ibn Al-Khaththab. Ya, Al-Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakar. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakar dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakar dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakar dan ’Umar.”

Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al-Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulullah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali pun ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan. Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak.

Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulullah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ” ”Aku?”, tanyanya tak yakin.”Ya. Engkau wahai saudaraku!” ”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?” ”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi disana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang. ”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.

Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak, itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan. ”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu? ”Entahlah…” “Apa maksudmu?” “Menurut kalian apakah ’”Ahlan wa Sahlan” berarti sebuah jawaban!” ”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkanAhlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !” Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakar, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang, bukan janji-janji dan nanti-nanti.

Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” 

Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda ” ‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? dan siapakah pemuda itu?” Sambil tersenyum Fathimah pun berkata; “Ya, karena pemuda itu adalah dirimu”

Kemudian Nabi SAW bersabda: “ Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fathimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut”

Kemudian Rasulullah SAW. mendoakan keduanya: “Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak”

[Disadur dari: kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab 4]

Jumat, 09 September 2011

Allah Mengetahui Semua Rahasia Hati

Sifat yang paling mendasar dari orang-orang kafir adalah ketidakikhlasan mereka. 
Mereka tidak ikhlas kepada Allah, orang lain, dan bahkan kepada diri mereka sendiri. Meski mereka berlaku hangat ketika berhadapan dengan orang lain demi kepentingan mereka, pada saat yang sama mereka merasa benci atau cemburu kepadanya. Masalahnya, ketidakikhlasan itu terdapat pada diri mereka sendiri. Meskipun mereka menyaksikan kesalahan dan kejahatan dalam perbuatan mereka dengan jelas, mereka menyembunyikan kenyataan ini di alam bawah sadar mereka dan berbuat layaknya orang yang benar dan sempurna.

Ketidakikhlasan ini berasal dari anggapan bahwa tidak seorang pun mengetahui rahasia di dalam hati mereka, sehingga orang bersalah tersebut dapat berbuat layaknya mereka yang tidak bersalah meski telah melakukan dosa atau kesalahan. Sesungguhnya, mereka benar-benar tidak mengetahui apa yang dipikirkan orang lain dan mereka tidak pernah menyadari bahwa Allah mengetahui semua yang dipikirkan dan semua rahasia hati, termasuk pikiran alam bawah sadar yang mereka sendiri tidak mengetahuinya. Allah mencatat fakta ini pada ayat-ayat berikut.

"Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, & mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati.." (QS. At-Taghaabun : 4)

"Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; 
sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. 
Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Maha halus lagi Maha Mengetahui?" (QS. Al-Mulk: 13-14)


Tidak seorang pun dapat berbicara tanpa sepengetahuan Allah. Allah mengetahui bukan hanya semua perkataan, melainkan semua pikiran orang, termasuk yang berada di alam bawah sadar, yang sebagiannya tidak mereka sadari. Hal ini ditekankan dalam ayat berikut.

"Tidaklah kamu perhatikan bahwa sesunggunya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian, Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. 
Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Mujaadilah: 7)



"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (QS. Qaaf: 16)


Dengan demikian, perilaku orang beriman haruslah benar-benar didasari keikhlasan dan kerendahan hati di hadapan Allah. Karena Allah Yang menciptakan dan mengetahui segala sesuatu, tidaklah mungkin kita berpura-pura di depan-Nya. Seseorang harus mengakui semua kelemahan, kesalahan, dan kekhilafannya, meninggalkan kemaksiatan dan kembali kepada Allah, serta meminta pertolongan dan ampunan-Nya.

Para rasul merupakan contoh terbaik dalam keikhlasan mereka kepada Allah. Nabi Ibrahim berdo'a kepada Allah, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati." Allah berfirman, "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab, "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)." (al-Baqarah: 260)
Ini merupakan cara bagaimana orang beriman mengakui kelemahan mereka kepada Allah dan memohon ampunan dari-Nya. Hal yang sama terjadi ketika Allah memerintahkan kepada Nabi Musa, "Pergilah kamu kepada Fir'aun." Musa berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku," (al-Qashash: 33) mohonlah pertolongan dan kekuatan dari Allah. Kejujuran para rasul ini menunjukkan bagaimana orang beriman harus bersikap.

Sebelum seseorang memahami kelemahan dan ketergantungannya kepada Allah, ia tidak dapat memiliki sifat-sifat seperti tabah, rendah hati, beriman, dan berani, karena "… manusia dijadikan bersifat lemah" (an-Nisaa`: 28) agar mengerti kelemahannya di hadapan Allah.

Karena itu, seseorang harus percaya dan berserah diri kepada Allah serta mengungkapkan kesalahan dan dosanya sebelum memohon ampunan.



Selasa, 30 Agustus 2011

Lafaz Takbir Hari Raya


Allaahu Akbar... Allaahu Akbar... Allaahu Akbar....
La ilaa haillallaahu wallaahu Akbar...
Allaahu Akbar... Walillaahilhamd....

Allaahu Akbar Kabiirrow walhamdulillaahi Kasiirroo...
Wasubhaanallaahi bukrotaw wa asyiilla...

La ilaa haillallaahu wala na'budu illa iyyaa hu mukhlisyiina lahuddiina
Walahu karihal kaafiruun...

La ilaa haillallaahu wahdah...
Syodaqo wa'dah...
Wanasyoro 'abdah...
Wa-a-'azzajundahu wahazamal ahzaa ba wahdahh...

La ilaa haillaLLaahu wallaahu Akbar...
Allaahu Akbar... Walillaahilhamd....


    Pengertiannya

“Allah Maha Besar 3x.
Tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar.
Allah Maha Besar dan bagi Allah segala pujian (3x).
Allah Maha Besar lagi sempurna kebesaran-Nya.
Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak .
Maha suci bagi Allah sepanjang pagi dan petang.
Tiada tuhan selain Allah dan tiadalah kami menyembah selain kepada-Nya dengan mengikhlaskan agama kepada-Nya meskipun dibenci oleh orang kafir.
Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, Yang Maha Benar akan segala janji-Nya, yang menolong hamba-Nya, yang memuliakan pengikut-Nya, dan yang mengusir semua musuh Nabi-Nya dengan sendiri-Nya.
Tiada tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar.
Allah Maha Besar dan segala pujian hanya milik Allah..”

Pesan dari Ramadhan..

Aku lihat RAMADHAN dari kejauhan.. Lalu ku sapa ia, kutanya "hendak kemana?" 
Dgn lembut ia berkata, "Aku harus pergi, mungkin jauh & sangat lama. Tolong sampaikan pesanku kepada orang MUKMIN. Syawal akan tiba sebentar lagi. Ajaklah SABAR untuk menemani hari-hari dukanya. Peluklah ISTIQOMAH saat dia kelelahan dalam perjalanan taqwa. Bersandarlah pada TAWADHU saat kesombongan menyerang. Mintalah nasehat QUR'AN& SUNNAH disetiap masalah yang dihadapi.. Sampaikan pula salam & terima kasih untuknya karena telah menyambutku dengan sukacita. Kelak akan ku sambut ia di SYURGA dari pintu AR-RAYAN.."

"Ramadhan adalah keajaiban. Ajaib karna kehadirannya begitu bermakna. Ajaib karna 1bulan berpengaruh thdp 11bln lain.." -@bahjaa

Renungan di Penghujung Ramadhan..

Dlm hitungan hari,
Ramadhan segera meninggalkan kita.
Apa kita rela ditinggal olehnya tanpa secuilpun berkah yg kita peroleh?
Sadarkah kita, tahun depan kita belum tentu bs bertemu dengannya?!

Sahabat,
Ramadhan tahun ini,
bisa saja menjadi Ramadhan terakhir kita.
Mungkin esok adalah hari penutup usia kita.
Everything's possible, sahabat..

Maka sebelum ia meninggalkan kita,
buatlah Ramadhan kali ini berkesan..

Sehingga sekalipun ini Ramadhan terakhir,
kita tak akan menyesal,
karna tabungan amal puasa, tarawih, tadarus, bahkan zakat yang telah kita perbuat,
kelak akan menjelma menjadi pembela kita untuk memohon Ridho Allah..

Aaamiiin

Arti dari kalimat "Minal Aidin wal Faizin"

Hari raya Iedul Fitri adalah hari raya terbesar yang dirayakan hampir seluruh masyarakat Indonesia atau bahkan Dunia, di Indonesia perayaannya juga diikuti oleh umat non muslim. Umat non muslim juga acapkali mengikuti perayaan lebaran dengan menyediakan makanan bagi para tamu atau ikut bersilaturrahmi dari rumah-ke rumah atau sanak saudara. Singkatnya Iedul fitri menjadi hari raya bagi semua lapisan masyarakat tanpa membedakan suku, ras, agama, golongan, partai, dll.

Moment iedul fitri ini juga dimanfaatkan untuk saling memaafkan atas keslaahan yang telah diperbuat sepanjang tahun ini kepada sanak-saudara, temen jalan, temen-teman sekantor, ataupun bersama kolega bisnis.

Akan tetapi ada hal yang janggal menurut saya tapi mungkin menjadi sesuatu yang lumlah bagi masyarakat jamak. Yakni pemaknaan dan Penulisan “Minal ‘Aidin wal Faizin” yang tidak dimengerti maksud ataupun tujuan pengucapan kata-kata itu.

Kesalahan Penulisan
Pertama, kesalahan penulisan pada kata “Minal ‘Aidin wal Faizin” yang kadang ditulis seperti beberapa contoh dibawah ini, bahkan partai Islam seperti PKS juga seringkali salah menulis tulisan tersebut:

1. Minal ‘Aidin wal Faizin = Penulisan yang benar
2. Minal Aidin wal Faizin = Juga benar berdasar ejaan indonesia
3. Minal Aidzin wal Faidzin = Salah, karena penulisan “dz” berarti huruf “dzal” dalam abjad arab
4. Minal Aizin wal Faizin = Salah, karena pada kata “Aizin” seharusnya memakai huruf “dal” atau dilambangkan huruf “d” bukan “z”
5. Minal Aidin wal Faidin = Juga salah, karena penulisan kata “Faidin”, seharusnya memakai huruf “za” atau dilambangkan dengan huruf “z” bukan “dz” atau “d”

Mengapa hal ini perlu diperhatikan? Karena kesalahan penulisan abjad juga berarti makna yang salah. Seperti dalam bahasa inggris, antara Look dan Lock beda makna padahal cuman salah satu huruf bukan?

Kesalahan Pemahaman Makna
Kedua, kata-kata “Minal Aidin wal Faizin” acapkali didengar atau ditulis di media massa, di film, sinetron, acara halal-bihalal, atau ketika kita bertemu teman atau sudara. Akan tetapi banyak yang menyangka bahwa arti kata “Minal Aidin wal Faizin” adalah “Mohon Maaf Lahir Dan Batin” seperti yang sering kita dengar. Padahal sama sekali bukan.

Kata-kata “Minal Aidin wal Faizin” adalah penggalan sebuah doa dari doa yang lebih panjang yang diucapkan ketika kita selesai menunaikan ibadah puasa yakni : “Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Wa Ja’alanallahu Minal ‘Aidin Wal Faizin” yang artinya “Semoga Allah menerima (amalan-amalan) yang telah aku dan kalian lakukan dan semoga Allah menjadikan kita termasuk (orang-orang) yang kembali (kepada fitrah) dan (mendapat) kemenangan”. Sehingga arti sesungguhnya dari “Minal Aidin wal Faizin” adalah “Semoga kita termasuk (orang-orang) yang kembali (kepada fitrah) dan (mendapat) kemenangan”.


Sabtu, 23 Juli 2011

Surat Kecil Untuk Tuhan (Surat Keke)

Tuhan...
Andai aku bisa kembali,
Aku tidak ingin ada tangisan didunia ini..

Tuhan...
Andai aku bisa kembali,
Aku harap tdk ada lagi hal yg sama terjadi padaku, 
Terjadi pada orag lain..

Tuhan...
Bolehkah aku menulis surat kecil untuk-Mu.

Tuhan...
Bolehkah aku memohon satu hal kecil untuk-Mu.Tuhan...

Biarkan aku dapat melihat dengan mataku,
Untuk memandang langit dan bulan setiap harinya..

Tuhan...
izinkanlah rambutku kembali tumbuh,
Agar aku bisa menjadi Wanita seutuhnya.

Tuhan...
Bolehkah aku tersenyum lebih lama Lagi,
Agar aku bisa memberikan kebahagiaan 
Kepada Ayah dan Sahabat-sahabatku.

Tuhan...
Berikanlah aku kekuatan untuk menjadi dewasa,
Agar aku bisa memberikan arti hidup 
Kepada siapapun yang mengenalku...

Tuhan...
Surat kecil-ku ini
Adalah surat terakhir dalam hidupku..

Andai aku bisa kembali...
Ke dunia yang Kau berikan padaku..

Rabu, 20 Juli 2011

Orang-orang yang dirindukan syurga

Orang yang dirindukan syurga:
1. Org yg beriman kepada Allah di hati di mulut dan langkahnya
2. Org yg menjauhi perkara2 yg tiada guna
3. Org yg menunaikan zakatnya
4. Org menjaga kemaluannya
5. Org yg memelihara amanah
6. Org yg penuhi janjinya
7. Org yg menjaga waktu n khusyuk setiap sholatnya.

Ikuti pencerahan-pencerahan lainnya di : "MENCARI JALAN KE SURGA"

Selasa, 05 Juli 2011

Selamat Jalan Pak Kiai Haji Zainuddin Muhammad Zein..

Masih shock sbnrnya. KH. Zainuddin M.Z itu da'i favoritku.
Banget. ya Allah. Beri beliau yg terbaik, tmpt yg terbaik di sisiMu.
Aaamiiin

Aku akan mencoba mengikhlaskan seseorang yg tiap hari ku sanjung. Yg
setiap ceramah, suaranya yg plg ku nanti..

Hujan mengiringi kepergianmu. Aku memang mengagumimu, tp
Allah lbh mencintaimu. Slmt Jalan Pak Kiai Haji Zainuddin Muhammad
Zein..
Doaku akan menyertaimu selalu, tenanglah disana wahai
inspiratorku. Terima kasih Allah telah menghadirkan mereka dlm
hidupku.. :)


#Sedih adalah ketika satu persatu inspirator lo pergi ninggalin lo tp
lo gabs apa2 kecuali ngeikhlasin.. Innalillahiwa'innailaihiroji'un..

Jumat, 10 Juni 2011

Allah aku takut

Lagi-lagi seperti ini, ketakutan slalu berhasil menyusup kedalam hati tanpa seizinku.

Allah aku takut. Disetiap malam slalu terlintas hal yg sama. Dan slalu saja datangnya fajar memaksa aku untuk menghadapi ketakutan yg melanda kala mentari telah terbenam..

Allah aku takut. Jika seorang budak memilih menuruti tuannya demi sesuap nasi. Maka aku lebih memilih menyambangiMu secepat mungkin demi melepas rasa takutku.

Allah aku takut. Degupan jantungku kian menghentak cepat, tubuh yang kau titip ini semakin menunjukkan kerapuhannya.

Allah aku takut. Berkali-kali memasang wajah berani pun tetap saja takut.

Allah aku takut. Aku takut Allah.
Aku takut bahkan saat aku berkata aku tidak takut..

Minggu, 15 Mei 2011

HADIST TENTANG SAHABAT

“Sebaik baik sahabat di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap temannya dan sebaik baik jiran di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap jirannya. ” (Hadis riwayat al- Hakim)

Dari Nu’man bin Basyir r.a., Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan persaudaraan kaum muslimin dalam cinta dan kasih sayang di antara mereka adalah seumpama satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh sakit maka mengakibatkan seluruh tubuh menjadi demam dan tidak bisa tidur.” (Hadis riwayat Muslim)

" Seorang Muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak menzaliminya, merendahkannya, menyerahkan (kepada musuh) dan tidak menghinakannya. ” (Hadis riwayat Muslim)

“Teman yang paling baik adalah apabila kamu melihat wajahnya, kamu teringat akan Allah, mendengar kata-katanya menambahkan ilmu agama, melihat gerak-gerinya teringat mati."

“Seseorang itu adalah mengikut agama temannya, oleh itu hendaklah seseorang itu meneliti siapa yang menjadi temannya. ” (Hadis riwayat Abu Daud).

Telah bersabdanya Rasulullah SAW sebagaimana yg diriwayatkn oleh Al-Tirmizi yang bermaksud, "seseorang itu akan terpengaruh dengan temannya. Maka hendaklah sesorang kamu itu memilih siapa yang harus dijadikan teman."

Telah bersabda Rasulullah SAW yang diriwayatkn oleh Al- Bukhari & Muslim: "Maksudnya perumpamaan teman yg baik & teman yang tidak baik ialah umpama wangi-wangian dan tukang besi. Adapun pembawa wangi-wangian, sama ada dia memberinya sedikit ataupun anda membeli daripadanya sedikit ataupun kamu dapat mencium dprdnya bau yang wangi. Manakala tukang besi, sama ada dia membakar bajunya ataupun kamu akan mencium dairpadanya bau- bauan yang busuk. "

Daripada Abu Hurairah r.a. yang maksudnya, bahawasanya ada seorang lelaki yang pergi menziarahi saudaranya yakni sahabatnya di sebuah kampung yang lain. Lalu Allah menyuruh seorang malaikat untuk memerhatinya di dalam perjalanan. Lalu malaikat itu bertanya kepada lelaki itu, “ Hendak ke mana engkau?” Lelaki tersebut menjawab, “ Aku hendak menemui seorang sahabatku di kampung itu ”. Malaikat bertanya lagi, “Adakah bagimu bumi kepadanya yang engkau mengharap balasan daripadanya ?” Tidak, aku mencintainya kerana Allah SWT. Maka berkatalah malaikat itu kepadanya, “Bahawa sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah kepada engkau. Bahawa sesungguhnya Allah SWT telah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai dia kerana Allah ”.

(Hadith riwayat Muslim). Sahabat yang menunjukkn kebaikan kepada kamu, adalah sahabat yg baik. Dan sahabat yang menunjukkn kesalahan kamu, adalah sahabat yg paling baik

Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Sejahat-jahat teman ialah yang memaksa engkau bermuka-muka dan memaksa engkau meminta maaf atau selalu mencari alasan. ”

Apakah ciri-ciri seorang sahabat yang baik? Nasihat yang boleh diikuti dalam membina persahabatan ialah sebagaimana pesanan al-Qamah (seorang sahabat Rasulullah SAW) kepada anaknya, “Wahai anakku, sekiranya engkau berasa perlu untuk bersahabat dengan seseorang, maka hendaklah engkau memilih orang yang sifatnya seperti berikut:
1 - Pilihlah sahabat yang suka melindungi sahabatnya, dia adalah hiasan diri kita dan jika kita dalam kekurangan nafkah, dia suka mencukupi keperluan.
2 – Pilihlah seorang sahabat yang apabila engkau menghulurkan tangan untuk memberikan jasa baik atau bantuanmu, dia suka menerima dengan rasa terharu, jikalau ia melihat kebaikan yang ada pada dirimu, dia suka menghitung- hitungka n (menyebutnya) .
3 – Pilihlah seorang sahabat yang apabila engkau menghulurkan tangan untuk memberikan jasa baik atau bantuanmu, ia suka menerima dengan rasa terharu dan dianggap sangat berguna, dan jika ia mengetahui mengenai keburukkan dirimu ia suka menutupinya.
4 – Pilihlah sahabat yang jikalau engkau meminta sesuatu daripadanya, pasti ia memberi, jikalau engkau diam, dia mula menyapamu dulu dan jika ada sesuatu kesukaran dan kesedihan yang menimpa dirimu, dia suka membantu dan meringankanmu serta menghiburkanmu.
5 – Pilihlah sahabat yang jikalau engkau berkata, ia suka membenarkan ucapan dan bukan selalu mempercayainya saja. Jikalau engkau mengemukakan sesuatu persoalan yang berat dia suka mengusahakannya dan jika engkau berselisih dengannya, dia suka mengalah untuk kepentinganmu."



sumber : http://ayicweetberry.blogspot.com/2010/08/hadist-tentang-sahabat.html

Peringatan Isra Mi'raj (bag 2)

2. Melanjutkan Perjalanan Mi'raj ( Dari Masjidil Haram ke Sidratul Muntaha)

Firman Allah Swt yang berkenaan dengan peristiwa Mi'raj atau naik ke langit ini, bisa kita temui dalam Surat An­ Najm Ayat: 7 ‑ 18.

وهو بالأفق الأعلي. ثم دني فتدلي فكان قاب قوسين أو أدني. فأوحي الي عبده ما أوحي. ما كذب الفؤاد ما رأي. أفتمارونه علي ما يري. ولقد رءاه نزلة أخري عند سدرة المنتهي . عندها جنة المأوي. إذ يغشي السدرة ما يغشي. ما زاغ البصر وما طغي. لقد رأي من آيات ربه الكبرى.


"Sedang dia berada di ufuq yang tertinggi. Kemudian dia mendekat dan bertambah lebih dekat lagi, maka jadilah Dia dekat (kepada Muhammad) sejarak dua ujung busur atau lebih dekat lagi. Lalu Dia menyampaikan kepada hamba‑Nya (Muhammad) apa yang telah Dia wahyukan. Hati Muhammad tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada Sorga tempat tinggal. Muhammad melihat Jibril ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatan Muhammad tidak berpaling dari yang dilihatnya itu, dan tidak pula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda‑tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar”. (QS. 53 : 7 ‑ 18).

Kemudian ayat yang senada bisa pula kita temui dalam Surat At‑Takwir ayat: 19 ‑ 24.

إنه لقول رسول كريم. ذي قوة عند ذي العرش مكين. مطاع ثم أمين. وما صاحبكم بمجنون. ولقد رآه بالأفق المبين. وما هو علي الغيب بضنين.

“Sesungguhnya Alqur'an itu benar‑benar firman Allah, yang dibawa oleh utusan mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan dan kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai Arsy, yang ditaati di sana (di alam Malaikat) lagi dipercaya. Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali‑kali orang yang gila. Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang. Dan dia (Muhammad) bukanlah seorang yang bakhil untuk menerangkan yang ghaib".(QS. 81: 19 ‑ 24).

Secara terperinci, peristiwa besar ini dapat kita baca dalam hadis‑hadis Rasulullah dan buku‑buku sirah kehidupannya beliau.

Ibnu Ishaq, dalam kitab Sirahnya menggambarkan peristiwa tersebut sebagai berikut: "Abu Said meriwayatkan, bahwa ia telah mendengar Rasulullah Bekata: “Setelah aku melakukan apa yang harus aku lakukan di Yerusalem, aku dibawa ke sebuah tangga (mi'raj), dan aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih indah daripada itu. Itulah yang menjadi pandangan orang‑orang mati pada hari kebangkitan. Sahabatku Jibril, membuatku dapat memanjat sampai kami mencapai salah satu gerbang langit, yang disebut gerbang Garda. Di sana 1200 malaikat bertindak sebagai pengawal."

Di gerbang Garda ini, Isma'il As menanyakan nama Muhammad Saw, dan juga menanyakan apakah dia benar‑benar seorang Rasul. Setelah menerima suatu jawaban yang memuaskan, ia mengizinkan Rasulullah untuk melewati langit‑langit. Di langit yang paling rendah beliau melihat nabi Adam As, di hadapannya jiwa‑jiwa manusia berjalan dalam barisan. Beliau pun diperlihatkan penghukuman terhadap orang‑orang berdosa, yang sesuai dengan watak kejahatan mereka masing­-masing. Mereka yang telah menyalahgunakan harta anak yatim, harus menelan api, para lintah darat yang biasa mencekik kehidupan ekonomi rakyat lemah, diperlihatkan sebagai tubuh bengkak dihalau oleh buaya‑buaya ke dalam api untuk selanjutnya diinjak‑injak, dan banyak lagi model­-model siksaan yang lebih mengerikan disaksikan Rasulullah Saw. Rasulullah melanjutkan perjalanan ke lapisan langit berikutnya, dan bertemu dengan sebagian nabi sebelum beliau. Rasulullah melihat nabi Isa As di langit keempat, nabi Ibrahim As di langit ketujuh, yaitu pada tingkat tertinggi yang memberikan isyarat kedudukan yang istimewa dan sangat khusus dalam pandangan umat Islam. Baik posisi beliau sebagai nenek moyang para nabi, maupun sebagai yang berjasa mendirikan Ka'bah bersama putranya Isma'il, serta sebagai hero spiritual yang telah menghancur‑leburkan berhala-­berhala. Sehingga di akhir perjalanan tersebut Rasulullah diajak memasuki surga.

Dalam hadis riwayat Bukhari, pada peristiwa Isra' mi'raj inilah ibadah shalat diwajibkan. Dimana pada awalnya Allah memerintahkan nabi untuk menyampaikan kewajiban shalat lima puluh kali sehari semalam kepada umatnya. Ketika beliau akan turun ke bumi, nabi Musa As memprotesnya dengan mengatakan bahwa umatnya tidak akan dapat menunaikan shalat sebanyak itu, dan supaya baginda Rasul kembali lagi untuk memohon kepada Allah agar jumlah itu dikurangi. Setelah beberapa upaya yang diulang‑ulang, Allah akhirnya mengurangi jumlah itu menjadi lima. Ketika nabi Musa As mengatakan bahwa itu pun masih terlalu banyak, Rasulullah menolak untuk meminta yang lebih ringan lagi, sehingga jumlahnya tetap lima sebagai kewajiban bagi kaum muslimin sejak saat itu hingga sekarang.

Menurut Baihaqi dalam bukunya "Dalâ`ilun ­Nubuwwah", ketika Rasulullah kembali, tempat tidurnya masih hangat, dan tempayan air yang jatuh ketika beliau dibawa pergi, sama sekali belum tumpah. Maka perjalanan ke langit itu, merupakan sebuah perjalanan yang sangat spiritualistik dan ruhiyah, dimana didalamnya orang dapat hidup dalam satu waktu selama bertahun‑tahun, sebab kondisi materi atau jasmani yang berhubungan dengan ruh selama pengalaman itu, berada diluar rangkaian waktu yang merupakan ciptaan. Oleh sebab itu, para teolog Islam telah berbeda pendapat tentang perjalanan baginda Rasul ke langit itu, apakah secara jasmani atau ruhani saja. Menurut pendapat kaum Mu'tazilah (Mu'tazilah adalah salah satu mazhab teologi Islam yang lebih cenderung mendahulukan akal daripada nash), seluruh peristiwa itu hanya merupakan penglihatan hati semata, dan perjalanan itu adalah perjalanan ruhani tanpa jasmani. Namun pandangan ini telah banyak ditentang oleh para ulama terdahulu yang shaleh (As salafus Shaleh), seperti At-Thobari seorang ahli tafsir terkenal yang hidup pada awal abad ke‑10 M. Beliau berpendapat bahwa perjalanan Rasulullah itu benar‑benar terjadi secara jasmani dan rohani, karena menurut beliau Al-­Qur'an dengan tegas menyatakan bahwa "Allah telah memperjalankan hamba‑Nya pada malam hari" (Asraa bi 'abdihi lailan) dan bukan rûhan atau nafsan yang berarti "jiwa hamba‑Nya". Dan kenapa Rasulullah harus memerlukan sebuah tunggangan seperti Buraq, kalau perjalanan itu semata‑mata hanya penglihatan hati dan spiritual?

Masalah kontroversial lainnya adalah, apakah Rasulullah telah benar‑benar melihat Allah Swt dengan kedua belah matanya, atau hanya dengan hatinya? Masalah ini, sangat erat kaitannya dengan aliran pemikiran yang diterapkan dalam menafsirkan surah ke 53 (An‑Najm) ayat 13 ‑ 17:

ولقد رءاه نزلة أخري عند سدرة المنتهي . عندها جنة المأوي. إذ يغشي السدرة ما يغشي. ما زاغ البصر وما طغي.


"Sesungguhnya dia (muhammad) telah melihatnya pada waktu lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. Ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari apa yang dilihatnya, dan tidak pula melewatinya" (QS. 53: 13‑17).

Surat ini menggambarkan dalam bagian pertamanya suatu penglihatan Nabi yang "melihatnya di ufuk tertinggi". Kata ganti "nya” dalam ayat 13 Surat An Najm tersebut dapat dirujukkan kepada Jibril, sebagai pembawa wahyu, dan dapat juga ditafsirkan sebagai berkaitan dengan Allah. Memang demikianlah kenyataannya, bahwa surat ini ditafsirkan sebagai gambaran dari peristiwa perjalanan Nabi ke langit (mi'raj). Sebagian berkata: Dia (Muhammad) melihat Jibril di ufuk tertinggi, sebagian lagi berkata bahwa dia melihat Allah dengan hatinya, sebagian lagi berkata, bahwa dia melihat Allah dengan kedua belah matanya. Mengenai siapa yang terbenar dari mereka, kita sependapat saja dengan Imam Qastallani dalam kitabnya "Al‑Mawâhib Al‑Laduniyyah". Bahwa insya Allah semua mereka berbicara benar, sebab mereka hanya mengatakan apa yang telah mereka dengar. Dan perbedaan ini, boleh dikatakan sebagai perbedaan dalam penafsiran. Sedang peristiwa Isra' dan Mi'raj itu sendiri, sama‑sama diimani dengan penuh keyakinan yang seragam.

Tidak seorang pun dapat membayangkan, betapa dekatnya Nabi dengan apa yang dilihatnya "Qoba qowsaini aw adna" (sejarak dua ujung busur atau lebih dekat). (QS. Al Najm: 9). Istilah ini diterangkan bukan berkenaan dengan panjangnya dua ujung busur, tetapi merupakan isyarat yang menunjukan betapa dekatnya Nabi saat menghadap Tuhannya. Dan seperti yang kita sebutkan pada awal kajian ini bahwa peristiwa Isra' dan Mi'raj ini merupakan peristiwa yang penuh dengan iman terhadap hal‑hal yang ghaib, maka ayat ayat ini juga penuh dengan ungkapan‑ungkapan sekitar masalah yang ghaib ini. Dimana iman terhadap yang ghaib merupakan aspek penting dalam aqidah Islamiyah.

Hal lain yang merupakan keunggulan Nabi Muhammad atas semua nabi‑nabi lain, yaitu dalam kedekatan yang sedekat­-dekatnya ini. Dimana matanya tidak menyimpang dan tidak berpaling sedikitpun ketika melihat Allah, "Ma zaaghal ­basharu wa ma thaghaa" (Penglihatannya tidak berpaling dari apa yang dilihatnya itu, dan tidak pula melampauinya). (QS. An ­Najm: 17). Tidakkah Musa As lemah lunglai ketika atribut-­atribut ilahi nampak olehnya melalui gunung yang hancur luluh? Dan beliau hanya dapat mendengar suara Tuhannya tanpa bisa melihat. Sebagaimana termaktub dalam firman Allah Swt pada surat AI‑A'raf ayat 143:

ولما جاء موسي لميقاتنا وكلمه ربه قال رب أرني أنظر اليك، قال لن تراني ولكن انظر الي الجبل فان استقر مكانه فسوف تراني، فلما تجلي ربه للجبل جعله دكا وخر موسي صعقا، فلما أفاق قال سبحانك تبت اليك وأنا أول المؤمنين.


"Dan tatkala Musa datang untuk munajat kepada Kami pada waktu yang telah Kami tentukan, dan Tuhannya telah berfirman langsung kepadanya. Musa berkata: "Ya Tuhanku, nampakkanlah diri‑Mu kepadaku agar aku dapat melihat Engkau. Allah berfirman: "Kamu sekali‑kali tidak akan sanggup melihat‑Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya sebagai sedia kala, niscaya kamu dapat melihat‑Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan kekuasaan-­Nya di gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada‑Mu dan aku orang yang pertama‑tama beriman.” (QS. 7:143).

Sedangkan Nabi Muhammad Saw tanpa mengalihkan matanya, telah mengalami melihat Allah "fa kaana Qaaba qawsaini aw adnaa" (Maka jadilah Dia dekat kepada Muhammad sejarak dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi). (QS. An‑Najm: 9) Oleh karenanya, hal ini sangat dikuduskan oleh para penyair sufi dengan hiperbola‑hiperbola yang amat berani dan penggambaran yang amat berlebilian. Barangkali gambaran yang amat ringkas tentang peristiwa ini diberikan oleh Jamali Kanboh, seorang penyair Indo‑Persia abad ke‑15, yang mengungkapkan misteri ini dalam bait syairnya yang terkenal:


“Musa pingsan kala Sifat‑sifat Allah menjelma,

namun kau tersenyum kala melihat dzat‑NYA.”


Suatu hal yang belum banyak kita singgung dalam peristiwa mi'raj ini adalah, hadis‑hadis yang menceritakan tentang kehidupan alam barzakh, baik yang mendapat nikmat dan kebahagian, atau pun yang mendapatkan penyiksaan yang amat pedih dan memilukan. Di sana Rasulullah menyaksikan bagaimana tingginya derajat orang‑orang yang taat dan mengamalkan perintah Allah Swt. Di samping itu, Rasulullah pun melihat bagaimana terhinanya orang‑orang yang sombong dan enggan untuk melaksanakan perintah Allah, serta gemar melakukan hal‑hal yang tercela dan diharamkan Allah.

Di sana Rasulullah menyaksikan orang‑orang yang memusuhi agama, orang‑orang kafir, zhalim dan munafik, orang‑orang yang selalu mengatakan kebenaran tapi tidak melakukan, orang‑orang yang suka mencela, para penzina, pemakan harta anak yatim, pemakan riba, pengkhianat, dan banyak lagi bentuk kejahatan yang mendapat siksaan dari Allah atas kejahatan yang mereka lakukan.

Di sainping itu, Rasulullah pun menyaksikan sekelompok orang beriman dari setiap masa mendapatkan kenikmatan dan kebahagiaan atas amal kebaikan yang mereka lakukan di dunia. Dimana dalam suatu perjalanannya itu, Rasulullah menemui bau yang sangat wangi. Kemudian beliau bertanya kepada Jibril, bau apakah ini wahai Jibril? Jibril menjawab: “Ini adalah bau Masyithah (pengasuh anak fir'aun) dan keluarganya.”

Barangkali ada orang yang akan bertanya, bagaimana mungkin seorang yang hidup bisa melihat kehidupan orang‑orang mati? Sebagai jawaban dari pertanyaan ini, kita mengatakan, bahwa peristiwa Isra' dan mi'raj ini adalah sebuah rihlah ilahiyah (perjalanan yang diatur Tuhan) yang khusus untuk nabi Muhammad saw. Dimana tidak akan ada sulitnya bagi Allah Swt untuk merubah sebuah kondisi yang bersifat materi kepada sebuah kondisi yang bersifat rohani atau sebaliknya. Sebagaimana mudahnya perpindahan arwah orang mati dari satu kondisi ke kondisi yang lain. Hanya orang yang mempunyai penyakit hatilah yang selalu meragukan tentang kemahakuasaan Allah terhadap hal‑hal yang mereka anggap mustahil menurut akal mereka yang sangat terbatas.


3. Di Sidratul Muntaha (MelihatAllah)

Setelah menyaksikan berbagai macam peristiwa dalam perjalanan mi'raj ke langit tersebut, akhirnya Rasulullah dan malaikat Jibril melampaui langit yang ketujuh dan sampai ke suatu tempat yang bernama Sidratul Muntaha. Di sinilah Rasulullah melihat ayat‑ayat ilahiyah yang tidak bisa disifati. Dan di sini juga Rasulullah melihat Jibril berubah bentuk secara tiba‑tiba. Jibril muncul dalam bentuknya yang asli sebagaimana diciptakan oleh Allah swt.

Di Sidratul Muntaha ini pula Jibril mengatakan kepada Rasulullah, Wahai Rasulallah, Saya mohon ma'af, karena hanya sampai disini saja saya bisa naik bersama anda. Jika saya naik lebih dari ini vvalaupun selangkah, maka niscaya saya akan terbakar. Masing‑masing dari kita mempunyai kekuatan, tempat dan derajat tertentu. Maka dari itu, majulah engkau terus melanjutkan perjalanan Mi'rajmu yang diberkahi ini. Majulah engkau terus dengan cahayamu yang mulia. Rasulullah Saw terus maju, beliau hanya maju sendiri menemui Tuhan, yang akhirnya hijab‑hijab penutup seluruhnya menjadi tersingkap, dan hanya tinggal satu hijab, di sinilah Rasulullah melihat apa yang belum pernah dilihat oleh mata, dan belum pernah terbayang oleh hati manusia. Mata kasar Rasulullah tidak mampu menahan kekuatan cahaya ilahiyah ini, akhirnya Allah membukakan mata hati Rasulullah, untuk menyaksikan keindahan yang tiada berujung ini. Allah mendekatkan Rasulullah ke 'Arsy‑Nya, hinggalah menjadi "fa kaana qooba qowsaini aw adnaa" Maka jadilah Dia dekat dengan Muhammad sejarak dua ujung busur panah, atau Iebih dekat lagi). (QS. 53:9).

Ketika Rasulullah menyaksikan cahaya Tuhannya, beliau berucap: "Attahiyyaatu lillaah was sholawaatut thayyibaat" (Segala puji bagi Allah dan penghormatan yang setinggi‑tingginya). Kemudian Allah pun membalas ucapan mulia ini: "Assalaamu 'alaika ayyuhan Nabiy warahmatullahi wabarakaatuh" (Keselamatan atasmu wahai Nabi, rahmat dan berkat Allah untukmu). Selanjutnya para Malaikat pun berkata: "Assalaamu 'alaina wa 'ala 'ibaadillaahis shalihin" (Keselamatan atas kita semua dan atas hamba‑hamba Allah yang sholeh).

Rasulullah tak henti‑hentinya memuji Allah dengan segala bentuk pujian dan do'a. Tentang hal ini, Allah Swt berfirman:

ثم دني فتدلي فكان قاب قوسين أو أدني. فأوحي الي عبده ما أوحي.


"Kemudian dia mendekat, Ialu bertambah dekat lagi. Maka jadilah Dia dekat pada Muhammad sejarak dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi. Lalu Dia menyampaikan kepada hamba‑Nya (Muhammad) apa yang telah Dia wahyukan”.(QS: 53: 8 ‑10).

Tentang pertemuan Rasulullah dengan Tuhannya ini, Dr. Abdul Halim Mahmud, dalam bukunya "Dalâilun ­Nubuwwah wa Mu jizâtir Rasur” mengatakan: "Oleh karena Muhammad Saw merupakan Rasul yang paling sempurna, maka sewajarnyalah ia menjadi rasul yang paling dekat kepada Allah Swt. Dimana beliau telah menjelajahi bumi dan langit tertinggi, melampaui seluruh alam materi, dan sampai ketempat yang tidak pernah tercapai oleh manusia manapun, bahkan ke suatu tempat yang tidak bisa di capai oleh Jibril As sekalipun. Beliau telah melihat tanda‑tanda kebesaran Tuhannya yang Maha Besar. Adapun tentang bagaimana hakekat kedekatan dan penglihatan Rasulullah terhadap Tuhannya ini, tidak ada yang lebih tahu kecuali Allah dan Rasul‑Nya.


4. Kembali ke Mekah

Setelah berakhirnya pertemuan antara dua kekasih ini, maka tibalah saatnya bagi Rasul untuk kembali ke bumi. Dan sebagai penghormatan bagi Rasulullah Saw, beliau turun ke bumi diiringi oleh para rasul Allah yang lain hingga sampai ke Baitul Maqdis. Selanjutnya beliau kembali mengendarai Buroq untuk kembali ke Mekah, dan suasana gelap malam masih meliputi bumi dikala beliau sampai di Mekah. Namun, sedikit demi sedikit cahaya fajar pun mulai berkilau, yang akhirnya mentari pagi pun mulai menyingsing di ufuk timur, pertanda suatu kehidupan mulai bergerak di seluruh penjuru kota Mekah.

Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Ibnu Abbas, Rasulullah mengatakan: "Tatkala malam telah berlalu, pagi pun menjelang, seolah Mekah sangat terkejut menerima kenyataanku, dan aku pun tahu bahwa penduduknya mendusta­kanku". Selanjutnya Rasulullah berkata: "Maka datanglah Abu Jahal, dan ia duduk di sampingku, dengan mengajukan pertanyaan yang bernada mengolok: “Apakah terjadi sesuatu?” Rasulullah mengatakan: "Ya". la berkata: “Peristiwa apa itu?” "Allah telah memperjalankanku pada malam ini." “Kemana?” kata Abu Jahal. "Ke Baitul Maqdis" jawab Rasulullah. "Kemudian engkau berada diantara kami pada pagi ini?" kata Abu Jahal semakin mengolok. "Ya", jawab Rasulullah. “Bagaimana pendapatmu bila aku kumpulkan penduduk Mekah, kemudian engkau sampaikan apa yang telah engkau sampaikan kepadaku?' kata Abu Jahal dengan perasaan mengejek. "Boleh" jawab Rasulullah dengan tenang.

Akhirnya Abu Jahal berkeliling di jalan‑jalan kota Mekah, sambil berteriak memanggil kawan‑kawannya kaum Qurays dengan suara lantang: "Wahai seluruh Kaum Qurays!” cepatlah berkumpul untuk mendengarkan sebuah berita aneh dari Muhammad pada pagi hari ini." Kemudian ia mendatangi para sahabat Rasul yang telah beriman Kepada beliau, sambil mengejek berkata kepada mereka: "Wahai kalian yang beriman kepada Muhammad, yang membenarkan ucapannya, dengarlah apa yang dikatakan oleh sahabat kalian Muhammad pada pagi hari ini. Supaya kalian tahu, bahwa sahabat kalian itu telah dihinggapi penyakit linglung dan gila!”

Seluruh penduduk Mekah akhirnya keluar dari rumah mereka, dan berkumpul di sekitar Abu Jahal. Di antara mereka terdapat sahabat Rasulullah yang telah beriman. Namun mayoritasnya adalah kaum musyrikin penyembah berhala, yang ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi dibalik teriakan Abu Jahal ini. Seluruh mata tertuju kepada Abu Jahal, bertanya-­tanya. Kabar aneh apa kiranya yang akan dikatakan.

Di tengah kerumunan orang ramai itu, Abu Jahal mulai berteriak kepada mereka: "Berapa lama kira‑kira perjalanan dari negeri kita ini ke Palestiana? Mereka serentak menjawab: "Dua bulan!, satu bulan pergi dan satu bulan lagi untuk perjalanan pulang." Abu Jahal berkata lagi: "Akan tetapi Muhammad telah menyampaikan kabar yang sangat aneh, pada pagi ini ia memyampaikan kepadaku, bahwa ia telah mengadakan perjalanan dari Mekah ini ke Baitul Maqdis di Palestina tadi malam, dan kembali ke Mekah pada malam ini juga". Mendengar hal itu, secara spontan bergemuruh suara-suara ejekan dari pengikut Abu Jahal, diiringi nada penghinaan yang diselimuti rasa kebencian. Dan tergambar dari wajah‑wajah mereka, senyuman sinis terhadap para pengikut Rasulullah yang telah menyatakan iman, seraya mengatakan: "Bagaimana pendapat kalian tantang apa yang telah disampikan oleh sahabat kalian itu?" Tidak ada yang bisa diperbuat oleh para sahabat Rasul, kecuali terpaku diam, dan pergi menemui Rasulullah untuk meminta keterangan yang sebenarnya.

Buku‑buku sirah nabawiyah (perjalanan hidup Nabi) mengatakan, bahwa pada hari terjadinya peristiwa ini, banyak diantara orang yang telah menyatakan Islam, akan tetapi masih memiliki iman yang lemah, menjadi murtad dari agama Islam, dan kembali menganut agama berhala. Secara ramai‑ramai penduduk Mekah segera menemui Abu Bakar Ra dan mengatakan kepadanya: "Wahai Abu Bakar, bagaimana pendapatmu tentang apa yang telah disampaikan oleh sahabatmu Muhammad? la mengatakan bahwa tadi malam ia pergi ke Baitul Maqdis dan shalat di sana dua rakaat, kemudian kembali ke Mekah ini pada malam yang sama?" Abu Bakar menjawab: "Sungguh kalian membuat kebohongan atas Muhammad! Mereka mengatakan: "Tidak, hal ini benar-­benar telah disampaikannya di hadapan orang ramai". Abu Bakar kembali menjawab: "Demi Allah! Jika sesungguhnya hal ini memang Muhammad yang mengatakan, maka hal itu adalah benar. Dan Demi Allah! Sesungguhnya dia telah menyampaikan kepadaku, bahwa dia telah menerima wahyu dari langit baik siang maupun malam, lantas aku mempercayainya. Apalagi hanya sekedar berita yang kalian bawa ini!”

Abu Bakar Ra bersama orang ramai tersebut, pergi ke tempat Rasulullah berada. Beliau bertanya kepada Rasulullah: "Wahai Rasulullah, orang‑orang ini telah menceritakan kepadaku bahwa engkau telah mengunjungi Baitul Maqdis pada malam ini". "Benar!", jawab Rasulullah.

Sebagian orang musyrik yang telah berulang kali pergi ke Baitul Maqdis untuk berdagang, ingin menguji kebenaran ucapan Rasulullah Saw, lantas mereka mengatakan: "Jika engkau benar‑benar telah melihat Baitul Maqdis itu kemarin, coba gambarkan kepada kami bentuknya? Karena kami adalah orang yang paling tahu tentang hal itu. Agar Rasulullah bisa menggambarkan bentuk Baitul maqdis itu secara rinci, Allah Swt meletakkan gambaran Baitul Maqdis itu di hadapan mata Rasulullah secara jelas, dan gambaran ini hanya dilihat oleh Rasulullah sendiri.


Pelajaran Penting Dari Isra Mi'raj

Diantara hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik dari peristiwa Isra dan mi'raj ini, sebagaimana disebutkan oleh Dr. Said Ramadhan Al Buty adalah:

1. Kedudukan Isra dan Mi'raj:

Rasulullah telah merasakan berbagai cobaan dan penyiksaan dari kafir Qurays selama berdakwah di Mekah, dan penyiksaan terakhir yang dirasakan oleh Rasulullah adalah ketika beliau berdakwah ke Thaif, dimana para penduduknya melempari baginda Rasul yang mulia dengan batu, sehingga kedua kaki beliau berlumuran darah. Dengan berbagai penyiksaan ini, Rasulullah tidak pernah berputus asa dari perjuangan dakwah, dan tidak pernah menyesali sikap manusia yang menolak dakwahnya. Hanya ada satu hal yang ditakuti Rasulullah di dalarn kehidupannya, yaitu kemurkaan Allah. Hal. ini tergambar dari do'a yang beliau baca ketika itu "In lam yakun bika ghadhabun 'alayya fala ubaly" (Asalkan Engkau tidak murka kepadaku ya Allah, aku tidak perduli dengan berbagai penyiksaan ini).

Maka peristiwa Isra dan Mi'raj yang dialami Rasulullah, merupakan sebuah penghargaan dan kemuliaan tertinggi yang diberikan Allah kepada beliau. Disamping juga untuk memperbaharui tekad dan semangat beliau di dalam mengemban risalah dakwah. Dan hal ini merupakan dalil, bahwa berbagai musibah menyedihkan yang dialami Rasulullah selama ini, bukanlah karena kemurkaan dan kemarahan Allah kepada beliau. Akan tetapi merupakan sunnatullah dan sunnah dakwah sepanjang zaman.

2. Makna yang terkandung dari Isra ke Baitul Maqdis.

Waktu Isra Nabi ke Baitul Maqdis yang bersamaan dengan mi'raj beliau ke langit merupakan pertanda akan kesucian dan keagungan Baitul Maqdis di sisi Allah swt. Selain itu juga menunjukkan adanya hubungan yang erat antara risalah yang dibawa oleh Nabi Isa As dan risalah Nabi kita, Muhammad saw.

Perjalanan tersebut juga mengisyaratkan akan kewajiban yang diemban oleh setiap muslim kapan pun juga, untuk memelihara kesucian tanah Isra dan menjaganya dari para intaian musuh yang ingin merampasnya dari tangan ummat Islam dengan tanpa ada rasa rendah diri dalam memperjuangkannya.

Siapa sangka jika kelak dengan Isra mi'raj ini Shalahuddin al Ayyubi berjuang dengan pasukannya untuk membebaskan Al Quds dari tangan Pasukan Salib, dan membentengi tanah suci ini dari serangan balasan mereka.


3. Hikmah Rasulullah memilih susu, bukan angggur

Rasulullah memilih susu, ketika Jibril memberikan alternatif antara susu dengan anggur. Hal ini menunjukkan bahwa Islam itu adalah agama fitrah. Yaitu agama yang menetapkan kesesuaian antara akidah dan hukum-­hukumnya dengan fitrah asli manusia itu sendiri. Maka tidak akan didapati dalam agama Islam, hal‑hal yang bertentangan dengan fitrah manusia. Andaikan saja fitrah itu merupakan materi yang mempunyai ukuran panjang dan Iebar, maka agama Islam merupakan pakaian yang sesuai dengan fitrah itu. Inilah barangkali rahasianya mengapa Islam itu bisa menyebar luas dengan cepat dipermukaan bumi ini. Sebab, betapa pun tinggi peradaban dan kemajuan manusia dalam bidang materi, ia akan selalu merasakan adanya suatu kekurangan dalam dirinya. Dan Islamlah satu-­satunya yang mampu menjawab dan mengisi kekurangan yang dirasakan oleh umat manusia itu, dari golongan manapun ia berada.


4. Isra dan Mi'raj berlangsung dengan ruh dan jasad

Dalam hal ini mayoritas (Jumhur) ulama sepakat, baik ulama para pendahulu (salaf) maupun dari periode berikutnya (khalaf), bahwa Isra dan Mi'raj telah terjadi dengan jasad dan ruh Nabi Muhammad saw. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa Rasulullah pergi Isra dan Mi'raj hanya dengan ruhnya semata, adalah datang dari para orieritalis barat yang diadopsi oleh sebagian pengkaji Muslim yang silau dengan metode pemikiran barat, atau mereka yang mendahulukan rasio daripada teks wahyu dan Hadist.

Imam Nawawi dalam Syarah Muslim mengatakan: “Mayoritas ulama salaf dan khalaf, baik ahli fiqih, ahli hadis, ahli kalam, ahli tafsir maupun Iainnya, sepakat bahwa perjalanan Isra dan Mi'raj yang dilakukan oleh Rasulullah saw adalah dengan ruh dan jasadnya sekaligus. Karena kalau diteliti ayat‑ayat Al‑Qur'an dan hadist nabi tentang hal ini hanya menunjukkan pengertian yang demikian, dan tidak bisa ditakwil dengan arti lain. Adapun dalil nyata untuk itu adalah bahwa orang‑orang musyrikin Mekah sangat terkejut mendengar peristiwa ini, dan langsung mengingkari peristiwa itu. Kalau saja mereka mendengar dari Muhammad bahwa Isra‑mi'raj itu hanya sekedar perjalanan ruh saja dan hanya dalam mimpi umpamanya, maka tidak akan sebesar itu reaksi dan keterkejutan mereka yang penuh pengingkaran terhadap peristiwa ini. Karena kalau hanya terjadi dalam mimpi tentunya boleh‑boleh saja terjadi, bahkan tidak menutup kemunkinan untuk terjadi terhadap orang kafir sekalipun. Dan juga kalau halnya begitu, niscaya mereka tidak akan menanyakan kepada rasulullah tentang bentuk Baitul Maqdis dengan maksud penentangan yang menjatuhkan, atau menguji tentang suatu kebenaran.


5. Kehidupan para nabi dan syuhada setelah mati

Dari peristiwa Isra dan Mi'raj ini, dapat kita lihat banyak sekali hadis‑hadis yang menunjukkan bahwa para nabi terdahulu masih hidup di alam lain. Dimana Rasulullah bertemu dengan nabi Adam, Ibrahim, Musa, Isa dan yang lainnya.

Hal ini bukan hanya dialami para nabi saja, akan tetapi juga para syuhada, yaitu orang yang mati dalam memperju­angkan syiar agama Allah (fi sabilillah). Seperti dinyatakan oleh firman Allah Swt dalam Surat Al‑Baqarah ayat: 154:

ولا تقولوا لمن يقتل في سبيل الله أموات بل أحياء ولكن لا تشعون (البقرة: 154).

"Dan janganlah kamu mengatakan tentang orang‑orang yang gugur di jalan Allah --bahwa mereka-- itu mati; mereka adalah benar‑benar hidup, tetapi kamu tidak merasakan­nya”. (QS. 2: 154).

Dalam ayat lain Allah Swt berfirman:

"Barang siapa mentaati Allah dan Rasul‑Nya, mereka itu akan bersama‑sama dengan orang‑orang yang dianugerahi nikmat Allah, yaitu: para nabi, orang‑orang yang benar, para syuhada dan orang‑orang shaleh. Mereka itulah teman yang sebaik‑baiknya”.



E. Penutup

Semoga tulisan sederhana ini dapat menjadi bahan renungan bagi kita, untuk menyimak kembali peristiwa besar yang pernah terjadi dalam perjalanan hidup Nabi Muhammad Saw. Dimana dengan peristiwa Isra dan Mi'raj inilah, diantaranya Allah Swt memperlihatkan mana orang yang benar‑benar beriman, dan mana pula yang hanya sekedar mengaku beriman, dan menjadi kafir setelah mendapat ujian dari Allah. Dalam peristiwa ini pula, shalat fardhu lima waktu sehari semalam yang senantiasa kita laksanakan diwajibkan oleh Allah swt. Serta masih banyak lagi berbagai hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik dari peristiwa Isra dan Mi'raj yang sangat bersejarah ini.

Demikianlah ceramah singkat tentang Isra dan Mi’raj kali ini, semoga ada manfaat dan faidahnya bagi kita bersama. Saya akhiri dengan “wal ‘afwu minkum, Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”.


---
SUMBER: http://www.bankartikel.com/2009/01/peringatan-isra-miraj-bag-2.html

genk liqo-an :)

satu kali pertemuan sudah cukup menjadi alasanku untuk menyayangi kalian
kalian orang baik yg Allah takdirkan untuk bertebaran di hidupku..

kita satu prinsip pada agama Allah
satu tekad mencari kebenaran
kita sama dan berada dalam satu naungan Allah
meski tak mustahil tingkatan kalian lebih baik dimata Allah dibanding aku
tapi rasanya pembauran kalian begitu baik padaku
hingga aku secara tak sadar melupakan predikatku sbg pendosa yg manja..

satu kisah hidup yang kalian bocorkan kepadaku
sudah cukup menjadi alasanku untuk menyayangi kalian.
smoga kita selalu dimudahkan oleh Allah untuk meraih Ridho-Nya.. amiin

terimakasih Allah,
terimakasih banyak atas rencanaMu yg bahkan sudah terhirup indah sejak awal ini. :))

aku dan prinsipku

kdg kala aku takut saat gelagatku mulai terbaca khalayak, terutama kamu
kalau yang lain takut kehilangan org yg dicintanya, aku justru takut kau menyadari bahwa aku menyayangimu
jika memang harus menyimpan rasa ini selamanya, maka akan aku lakukan
meski perih mengiris hati..

karena aku tak bisa memberimu janji
karena aku tak mungkin mengunggapkan apa yang ku rasa langsung padamu
aku terbelenggu oleh prinsipku
aku terjaga oleh satu kalimat yg akan dimintai pertanggungjawaban kelak..

jadi,
jangan terlalu lama dipemberhentian ini
jangan terlalu berharap apalagi membayangkan aku akan memberikan pernyataan itu sekarang padamu
aku takkan berkata demikian
aku sama sekali belum berniat untuk mengikat janji suci itu saat ini..


maaf jika mengecewakanmu,
maaf karena hatiku memang masih harus tertawan..

aku bukan perempuan kebanyakan yang bebas
aku tak mau disamakan, aku ingin menjadi berbeda..

dan kini kamu tau,
beginilah aku dengan segala keterbatasanku
segala keputusan ada padamu,
aku masih akan tetap disini
menunggu pilihan Tuhan datang untuk menjemputku.. :)

belajar menyelami "Indahnya Rencana ALLAH"

Siapa sih hidupnya yang gak pernah sedih? Ga pernah ada masalah? Lempeeeng aja terus tanpa ada liku ataupun tikungan menurunnya ? Pasti gak ada kaaaan?

Tau gak kenapa? Soalnya ALLAH udah ngasih tau secara lembut ke kita :
” Dan Kami pasti mengujimu dengan sesuatu, berupa ketakutan dan kelaparan, berkurangnya harta benda, jiwa dan buah2an,tapi sampaikanlah kabar gembira bagi orang2 yang sabar” ( Al-Baqarah(2); 155)

Tunggu2 , Nabi Muhammad kita tercintapun mengingatkan looh :
” Kesulitan akan terus menimpa laki2 dan perempuan beriman, melalui tubuh, keluarga dan harta mereka , sampai mereka menemui Allah tanpa dibebani satu dosapun” (HR.Tarmidzi)


Kalian pernah gak sih kepikiran "loh kok ALLAH malah ngasih kita kesulitan sih?"

Ternyata oh ternyata nih ya cemanceman, kesulitan alias ujian alias apapun itu baik yg menyenangkan maupun tidak, memang sudah dirancang sedemikian rupa oleh ALLAH, itu justru jadi lahan aktualisasi diri kita loooh. Inget firman ini kaan ?
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS Al-Ankabut : 2)

Jadi jelas deh yaa sekarang, atau masih ada yg ragu? Nih ditambahin deh biar makin teguh keyakinannya :
” Allah itu tiada membebani seseorang kecuali sesuai kemampuannya” silakan dicek deh dlm kumpulan ayat cinta ALLAH, Al-Qur'an surah Al-Baqarah (286)

ALLAH Tidak hanya berjanji bahwa cobaan2 itu adalah cobaan2 yang sanggup kita hadapi, tapi juga, klo kita bersabar menghadapinya dengan senyum dan ikhlas, ada hadiah istimewa loooh yg dipersiapkan untuk kita.
” Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah swt menaikkan derajatnya atau menghapuskan dosanya” (HR. Muslim).

Jadi, berapapun beban yang sudah atau akan mendatangi kita, insyaAllah kita pasti sanggup menghadapinya, tak masalah! Hadapi masalahnya, rebut hadiahnya ! Uyeeee~h ! :D

"tapi klo kita salah menyingkapinya gimana? Gimana klo ujian itu justru menghanyutkan kita? Gimana klo kita ngerasa ga sanggup ngelaluiin itu semua? Gimana coba ?"

Tenang cemanceman ! memang mayoritas manusia adalah manusia practical, yg baru akan mengerti ketika merasakannya sendiri. jd saya bs paham garis besar dr poin yg ini..
coba yuuk sama2 kita cerna kata2 kutipan note saya tempo lalu ini :
" kita tak akan paham maksud kata 'bangkit' jika tak pernah merasakan 'terjatuh', mungkin tak ada yg 'bersih' jika kita tak mengetahui bagaimana 'kotor' itu , sama seperti, kita tak pernah tau yg mana yg 'benar' jika tak pernah ada yg melakukan 'kesalahan' .
mungkin kita pernah terjatuh , mungkin baju itu pernah kotor
mungkin kesalahan begitu sering kita lakukan.
tapi jangan biarkan itu tetap seperti itu tanpa perbaikan.
jangan biarkan kau tetap terjerembab dilubang tanpa pernah berusaha berdiri
jangan biarkan baju tetap kotor tanpa dibersihkan
dan jangan biarkan kesalahan mendominasi kehidupanmu
ingatlah, selalu ada cara untuk memperbaikinya
karena stiap kerusakan selalu diikuti dengan perbaikan
jadi, jangan takut terjatuh, jangan takut kotor, jangan takut salah
sebab 'pengalaman hidup akan mengajarkan banyak hal padamu' "

"hemm kalo malah kepengennya ngeluh terus gimana?"

kayaknya itu dia ya yg menjadi masalah utama.
jadi gini , kita itu jangan terlalu terburu-buru melakukan penilaian, cemanceman!
numpang ngutip dr note saya dahulu kala (ngutip mulu kayanya ya :P) :
"Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong.
Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasarkan satu halaman atau satu kata.
Tidak ada yang tahu apakah itu berkah atau kutukan.
Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Sebab hanya ALLAH yang tahu.
'pasti ada makna dibalik setiap kejadian. pahamilah dan kau akan mengerti maksud indah Allah'



pernah denger kisah ini gak ?
kisah tentang wortel telur dan biji kopi.
Masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda setelah dipanaskan berikut dengan air.
- Wortel yang kelihatannya kuat dan keras setelah dimasukkan air mendidih menjadi lunak dan lemah.
- Telur yang tadinya mudah pecah, yang kulitnya berfungsi untuk melindungi cairan didalamnya menjadi keras / padat setelah dimasukkan ke dalam air mendidih.
- Biji kopi adalah yang unik setelah dimasukkan ke dalam air mendidih ia merubah air tersebut.

singkat cerita wortel , telur dan biji kopi itu adalah ragam alternatif menyingkapi masalah hidup looh cemanceman, yuk kita tela'ah yuuk :D

- wortel, ternyata kelihatannya kuat tapi dengan sakit dan kesulitan , ia menjadi lemah dan kehilangan kekuatan
- telur, yang awalnya dengan hati yang penurut tetapi berubah oleh panas , selaras spt org yg mempunyai semangat yang mengalir tapi setelah ada kematian, kehancuran, kesulitan finansial atau cobaan lain lalu menjadi diri yg keras dan kaku. seperti telur yg ternyata dari luar kelihatannya biasa saja, tetapi didalamnya keras dan menyedihkan.
- sedangkan biji kopi. Biji Kopi itu sungguh merubah air panas, suatu keadaan yang membuat sakit. Waktu air menjadi panas, lalu kopi mengeluarkan rasa dan aroma yang harum. ternyata biji kopi, ketika masalah menjadi sangat buruk, ia bisa menjadi lebih baik sekaligus merubah situasi sekitar.

cobe di cek and ricek , di tipekal mana selama ini kita menyingkapi masalah?
apakah seperti wortel ? telur ? atau biji kopi ? hihihi


Woh! Jangan kabur gitu aja doong cemanceman, baca dulu kesimpulannya , biar bisa diterapkan lgsg dlm keseharian ! :D

Kesimpulan dr tulisan ini secara garis besar adalah :
1. ALLAH memberi kita peringatan sedari awal mengenai jenis2 cobaan ( harta benda, keluarga, tubuh, kelaparan, ketakutan)
2. ALLAH mengatakan kita tak perlu cemas, krn cobaan2 itu tidak akan sesuatu yang tidak sanggup kita tanggung, sekaligus berjanji untuk setiap kesulitan yang kita hadapi insyaAllah Dia akan menaikkan derajat kita bahkan menghapus dosa kita jika kita sabar dlm menghadapinya!
3. Kita tidak boleh sertamerta menarik kesimpulan atas perkara kehidupan. “pasti dan selalu ada makna dibalik setiap kejadian. pahamilah dan kau akan mengerti maksud indah Allah.."
4. Ada 3 alternatif untuk menghadapi masalah, pakai caranya wortel yg melemah karena ditimpa mslh, ada telur yg mengeras karena terkontaminasi masalah yg terjadi atau jadi spt biji kopi yg bisa merubah masalah menjadi panggung untuk aktualisasi diri ?
Subhanallah, memang, terbukti sudah bahwa ALLAH mamang Maha Pengasih terhadap hambaNYA.

Dan, seharusnya kita paham..
jika kita sungguh2 percaya bahwa Allah adalah Perencana Terbaik dan segala rancanganNYA luar biasa jg indah, maka kita harus sungguh2 yakin bahwa Allah lah yang paling tau, jadi tidak seharusnya kita merasa cemas setitikpun..
Sebab ALLAH sangat menyayangi hamba-Nya dan ALLAH tidak bisa tidak menepati janji-Nya, iya kan ? :))

"Sungguh menakjubkan perkaranya orang yg beriman, krn segala urusannya adl baik baginya. Dan hal yg demikian itu tdk akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, krn (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yg terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, krn (ia mengetahui) bahwa hal tsb merupakan hal terbaik bagi dirinya" (HR. Muslim)


____
materi mentoring bahja, 03122010 .
mohon maaf jika terdapat banyak kesalahan, karena saya pun masih belajar
silakan beri kritik saran dan masukan yg bermanfaat .
terimakasih :)

prosedur permainan.

"jalan saja. terus tapaki jalan ini
jangan beralih .kembali jika kau terlanjur berbelok arah
terus telusuri saja, jangan berhenti.
jangan berhenti sebelum ada tanda berhenti
kita tau aturannya, kita tau cara mainnya
jangan dilanggar , jangan ditentang
ada hal yg lebih penting ketimbang mengomentari perjalanan ini
ada hal yg jauh lebih berharga ketimbang mengeluhkannya..

jadi ayoo terus berjalan, fokuskan pikiran untuk jalan terus
kuatkan hati untuk tetap melangkah maju dijalan ini
sampai nanti kita temukan tanda harus berhenti
sampai nanti kita menyelesaikan segala perkara disini.."

BAGAIMANAPUN

orang sering keterlaluan, tidak logis, dan hanya mementingkan diri sendiri...
BAGAIMANAPUN MAAFKANLAH MEREKA!!!

bila engkau baik hati, bisa saja orang menuduhmu punya pamrih...
BAGAIMANAPUN BERBAIK HATILAH!!!

bila engkau sukses, engkau akan mendapat beberapa teman palsu dan sahabat sejati...
BAGAIMANAPUN JADILAH SUKSES!!!

bila engkau jujur dan terbuka, bisa saja orang akan menipumu...
BAGAIMANAPUN JUJUR DAN TERBUKALAH!!!

apa yang engaku bangun selama bertahun-tahun, mungkin saja dihancurkan dalam semalam...
BAGAIMANAPUN BANGUNLAH!!!

bila engkau mendapat ketenangan dan kebahagiaan, mungkin saja orang jadi iri...
BAGAIMANAPUN BERBAHAGIALAH!!!

kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin besok sudah dilupakan oleh oraNg lain...
BAGAIMANAPUN BERBUAT BAIKLAH!!!
BAGAIMANAPUN BERIKAN YANG TERBAIK DARI DIRIMU!!!

pada akhirnya engkau melihat ini adalah urusan engkau dan Tuhan-mu...
BAGAIMANAPUN INI BUKAN URUSAN ANTARA ENGKAU DAN MEREKA!!!

(bunda teressa)